PUPUS
Saat aku berjalan menyusuri sepinnya malam, langkahku terhenti disebuah persimpangan jalan. Suasana yang mencekam, gelap dan tak ada seorang pun disekitar. Saat aku memandang sekitar, aku mulai merasa ketakutan, dan benar saja aku mulai mendengar suara aneh, suara seperti orang yang berjalan cepat. Didepan digelap malam aku melihat sosok perempuan yang berjalan cepat kearahku. Kulihat ditangannya dia memengang sebuah tongkat, dekat dan semakin mendekat kearahku. Aku pun semakin merasa ketakutan, saat ia mulai mengangkat tongkatnya aku semakin ketakutan dan akhinya aku pun berlari menjauh darinya. Aku belari dan berlari kulihat dia pun mengikutiku dan sial aku terjebak dijalan buntu. Sekarang aku tidak tau harus bagaimana saat kulihat kebelakang dia sudah tepat dibelakangku, dia mengangkat tongkatnya dan memukulkannya kearahku sambil berteriak BANGUUUN!!!!, aku pun berteriak ketakutan dan sampai akhirnya aku terbangun dari tidurku, ternyata hanya mimpi pikirku dan saat ku buka lebar mataku kulihat ibuku berdiri disampingku sambil memegang sapu. “kamu mau sekolah apa enggak ?, sudah jam setengah tujuh ini Den !” teriak ibuku. Aku pun bergegas bangun dan segera kekamar mandi.
Namaku Deni, aku seorang pelajar SMU ternama didaerahku. Sekarang aku sudah kelas 2 SMU, aku mempunyai kebiasaan buruk yang sering kulakukan, bangun kesiangan dan berangkat sekolah terlambat. Walaupun seperti itu aku tetap rajin belajar bahkan prestasiku bisa di adu dengan siswa lainya yang tidak pernah terlambat. Pagi itu setelah semua selesai berangkatlah aku kesekolah dan aku pun terlambat lagi. Seperti sudah menjadi kebiasaan, saat dikelas aku pun bisa memberikan alasan terbaikku kenapa aku terlambat dan dengan mudahnya sehingga aku bisa lolos dari hukuman. Saat aku berjalan menuju tempat dudukku aku melihat seorang yang baru dikelas, benar saja ada seorang siswi baru dikelas ku. Karena aku terlalu fokus melihatnya saat berjalan aku sampai tidak melihat kedepan saat berjalan dan benar saja tembok belakang tempat dudukku lah yang akhirnya mengentikan langkahku. Semua siswa dikelas tertawa termasuk siswi baru itu yang tertawa kecil, aku pun malu dan segera duduk. Aku pun masih memandanginya sampai jam istirahat datang, mungkin karena masih baru atau belum punya teman akrab dikelas dia hanya berdiam diri dikelas. Saat jam pulang tiba aku segera bergegas pulang dan sial aku tidak sengaja menjatuhkan buku siswi baru, semua teman ku mulai berteriak dan berkata kalau aku mau cari perhatian, dia pun hanya tersenyum dan aku pun segera pergi setelah ku ambilkan bukannya yang jatuh karenaku tadi.
Sampainya dirumah aku teringat akan wajah siswi baru tadi dan malunya aku karena tingkah bodohku tadi. setelah selesai makan siang aku pergi bermain, diperjalanan aku melihatnya sedang duduk dibangku taman dekat kolam sambil membaca buku. Tapi aku tetap berlalu karena niatku pergi untuk bermain bersama temanku. Lama aku pergi bermain bersama teman hingga sore pun datang, aku pun segera pulang kerumah. Sesampainya aku dirumah aku segera mandi dan mulai mnegerjakan tugas sekolahku, setelah itu aku tidur cepat agar besok aku tidak terlambat. Benar saja aku bisa bangun pagi dan bisa berangkat sekolah tidak terlambat lagi. Saat guru mulai memanggil nama satu persatu siswa dikelas aku mulai memdengarkan dengan teliti dan akhirnya aku tahu siapa namannya. “Lila” itulah namanya, walaupun aku tau namanya tapi aku belum pernah menyapa atau pun berbicara dengannya, sampai akhinya saat pembagian kelompok tugas diskusi aku satu kempok dengannya. Disinilah saat sedang mengerjakan tugas bersama pertama kalinya aku berbicara dengannya setelah dua minggu kami satu kelas. “Lila gimana, sudah kamu cari belum yang kemaren” tanyaku, “sudah Den, ini data yang kamu minta kemarin udah aku ringkas” aku pun mengambilnya dan mulai membacanya. Dihari berikutnya saat diskusi dimulai aku kagum dengannya, dia pandai berbica dan memaparkan hasil diskusi kami kepda teman satu kelas lain. Dia memang memang anak pintar dan juga cantik, itu jadi nilai lebih untuknya.
Setelah hari diskusi itu, kami jadi sering berbicara dia sering bertanya kepadaku kalau ada materi yang belum dipahaminya. Aku pun begitu bahkan ketika aku bisa pun aku bertanya kepadanya, pura – pura tidak tahu supaya aku bisa mengobrol dengannya. Sering kami bersama, dari yang awalnya aku hanya ingin tahu namanya sekarang aku jadi ingin tahu tentang dirinya. Dari yang hanya saling sapa dikelas kini dirumah pun kami saring kirim pesan. Aku mulai mengira kalau aku jatuh hati kepadanya, terkadang saat didekatnya aku tingkah lakuku berubah seperti jadi orang lain saja. Jadi siapa dan jadi apapun aku asal bisa lihat senyum diwajahnya, yang tersenyum karena diriku. banyak yang berubah dariku aku jadi sering bangun pagi dan tidak pernah terlambat lagi. Bahkan guru dikelas pun memujiku mengatakan kalau aku ada kemajuan, kemajuan dalam hal datang tidak terlambat itu saja yang dipujiannya. Siang itu saat pulang sekolah aku dan Lila pulang bersama. Kami berhenti disebuah taman, berbicara dan melakukan banyak hal tentu saja yang jelas aku ingin terlihat keren didepannya. Aku buat lawakan sehingga kami tertawa bersama dan masih banyak lagi. dan dari sanalah aku mengira kalau dia juga jatuh hati kepadaku. Sampai suatu hari saat aku pergi bermian, aku melihatnya bersama lelaki dan sialnya ternyata dia juga melihatku, lalu mengampiriku. “Den, kenalkan ini Adit pacarku” ucapnya kepadaku, saat mendengar kata pacarku entah kenapa aku jadi bingung aku jadi merasa sedih dan serba salah. Tidak lama berbicara aku pun langsung pulang, aku merasa yang awalnya aku riang kini aku bagaikan lebah yang terpisah dari rombongannya, hilang dan tak tau arah.
Dikelas aku jadi pendiam, diam karena aku merasa hilang. Bahkan saat aku diajak Lila berbicara aku jadi tak semangat seperti dulu. Aku hanya menjawab apa yang ia tanyakan saja tak ada kata lain yang keluar dari mulutku, tak ada canda lagi. Aku merasa ada sesuatu yang hilang, ada sesuatu yang terluka, tersasa sakit walaupun tak berdarah. Saat aku seperti ini aku mulai bingung mencari motivasi, Mencari yang bisa menyemangati, karena kalau aku terus begini aku takut ini akan berdampak pada prestasiku. Aku terus berusaha melupakan namun selalu teringat saat aku mulai jatuh hati kepadanya. Lalu aku mulai berpikir jika aku terus menikmati kesedihanku sekarang aku pasti tak akan pernah menikmati kebahagiaanku di hari esok. Setelah sekian hari Aku mulai bangkit dan belajar mengerti akan artinya patah hati, aku mulai bisa menganggap Lila seperti teman lagi bukan seperti orang yang yang kagumi seperti dulu. Aku mulai bisa tersenyum lagi dan masa bodoh dengan cerita indahku yang sempat terukir. Karena Terkadang yang dibutuhkan hanya kesabaran, karena Tuhan menyiapkan sesuatu yang indah diwaktu yang tepat.